Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Jika Lain Waktu Anda Dihina

Menurut saya, kita semua bersalah ketika membaca Alkitab dengan mata yang melekat tertutup dan hati yang menebal. Kita terbiasa melakukannya sehingga kehilangan dampak dan rasa kagum akan Alkitab. Kita lupa bahwa teks yang diilhamkan Allah ini dimaksudkan untuk membawa kita melampaui hal-hal yang alami. Dan jika kita melupakan kebenaran itu, kita kehilangan kesempatan untuk sungguh-sungguh berubah.

Misalnya..., apakah nasihat-nasihat di bawah ini segera muncul di benak Anda ketika Anda baru saja dihina?

"Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah." (Amsal 15:1)

"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1:19–20)

Benarkah? Apakah kita mengabaikan kata-kata itu sambil terus melenggang di jalan pilihan kita tanpa terpengaruh? Atau apakah saya percaya bahwa jawaban yang lembut untuk pasangan, teman, atau rekan sekerja yang marah, benar-benar dapat meredakan amarah mereka?

Kerendahan hati bukanlah reaksi pertama saya terhadap hinaan, tapi begitulah cara Kristus menghadapinya. Kerendahan hati melampaui kecenderungan alami kita dan untuk melakukannya, seseorang perlu berjalan dalam kuasa Roh karena hal itu akan menghasilkan jawaban yang lembut, nada bicara yang tenang, kasih yang tulus, dan ya; bahkan memberkati orang yang menghina kita.

Maksud Anda, saya harus memberkati orang yang bersikap tidak sopan atau kasar seperti itu? Saya tidak bisa menunjukkan wajah tidak suka? Bagaimana tentang prinsip "mata ganti mata"? Kedengarannya cukup bagus ketika darah saya mulai mendidih...

Tidak! Kitab Suci memberi contoh yang jelas tentang kerendahan hati, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Injil.

Saya tidak berbicara tentang kerendahan hati yang palsu, yang kita gunakan untuk mengalahkan orang-orang yang menghina kita dengan menunjukkan "kelemahlembutan" superior yang muncul dari ketidaktulusan. Berjalan di dalam kerendahan hati Kristus itu sulit karena hal syaratnya adalah mematikan kesombongan kita dan menghilangkan setiap gagasan palsu dari kebaikan pribadi.

Itulah yang begitu menarik tentang Kristus, bahkan dunia yang terlihat arogan ditangkap oleh kelembutan-Nya yang mulia. Ini menentang keakuan, keegoisan, dan mentalitas untuk menuntut hak. Kerendahan hati adalah sesuatu yang indah, menyegarkan, dan menenangkan. Ketika kita mulai mengasihi dan mengagumi karakter Kristus, kita memiliki keinginan yang lebih besar agar orang yang menghina kita mengalami Dia melalui respon kita yang sederhana daripada melalui teguran yang keras.

Cobalah melakukan latihan ini dengan saya. Bayangkan Anda membaca 1 Petrus 2:21-23 tepat setelah Anda menerima hinaan. Bagaimana Anda akan merespon kepada orang yang menghina Anda?

"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil."

Ketika saya membaca ayat itu, ketika saya menatap tajam pada Yesus di kayu salib dan memuja kerendahan hati-Nya yang indah, bagaimana mungkin saya tidak akan memberkati orang yang menghina saya? Pada saat Dia memikul kerendahan hati di salib, Dia memberkati saya -- saya yang kotor, keji, celaka, jahat! Saya musuh-Nya, namun Dia mati bagi dosa supaya saya bisa "hidup untuk kebenaran."

Kerendahan hati tidak terjadi secara alami. Itu sebabnya kita harus melampaui yang alami. (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : True Woman
Alamat URL : http://www.truewoman.com/?id=2523
Judul asli artikel : The Next Time You're Insulted
Penulis artikel : >Kimberly Wagner
Tanggal akses : 10 Juni 2014
Tipe Bahan: 
Kolom e-Wanita: 
kategori: 

Komentar