Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Pemeliharaan Tuhan Tiada Henti di Hidup Kami
PBB menyatakan bahwa lebih dari 70.000 orang telah menjadi korban jiwa dalam kemelut yang melanda Suriah selama dua tahun terakhir ini. Banyak orang Kristen menjadi martir karena imannya kepada Kristus. Berikut ini kesaksian Katia, seorang wanita Kristen Suriah yang masih bertahan di negaranya.
"Kekerasan di Suriah semakin meningkat dan umat Kristen menjadi target pembunuhan yang dilakukan kelompok ekstremis," ungkap Katia, seorang wanita Kristen dari Suriah. "Beberapa tahun lalu, kami masih bisa merayakan Natal di Suriah dengan bebas dan memajang pohon Natal di balik jendela rumah. Dua tahun ini, sekalipun kami mampu membeli pohon Natal, kami tidak dapat memajangnya lagi karena akan menimbulkan keresahan di lingkungan perumahan kami. Ibadah dan perayaan Natal tidak lagi bisa dilaksanakan dalam skala besar karena dapat memancing kericuhan."
Staf Open Doors di Suriah melaporkan berbagai daerah pemukiman orang Kristen menjadi target serangan yang memakan korban jiwa. Misalnya di sebuah kota, orang-orang Kristen yang tinggal di sana kehilangan rumah mereka karena dihancurkan warga. Mereka juga diancam dengan todongan senjata di kepala agar meninggalkan kota itu. Bahkan, yang lebih mengerikan, beberapa dari mereka diculik dan diperkosa.
"Awalnya, revolusi di negeri kami hanya bertujuan untuk memprotes rezim pemerintahan. Akan tetapi, hari ini kelompok-kelompok ekstremis Islam malah mencampur-adukkan motif semula dengan tujuan pribadi, yaitu menyebarkan Islam dan pengaruhnya di Suriah. Kelompok ekstremis juga memfitnah umat Kristen sebagai pendukung pemerintah. Akibatnya, banyak terjadi pengeboman di pemukiman Kristen oleh para pemberontak yang mengira kami adalah sekutu pemerintah," jelas Katia kepada Open Doors.
Tuhan justru mengizinkan mukjizat demi mukjizat terjadi di Suriah. "Banyak orang Kristen yang telah pergi meninggalkan Suriah karena gentingnya situasi di negara kami ini," ungkap Katia menambahkan kesaksiannya. "Akan tetapi, banyak pula yang masih bertahan karena Tuhan menyuruh mereka untuk tetap tinggal di masa-masa sulit seperti ini. Tuhan menggunakan mereka sebagai alat-Nya dengan luar biasa! Mereka menjadikan gereja sebagai tempat penyimpanan dan penyaluran bahan makanan, air minum, dan segala kebutuhan lainnya bagi umat Kristen maupun non-Kristen.
Sering kali, mereka juga menyelenggarakan kebaktian dan menjelang akhir khotbahnya, pengkhotbah akan mengundang siapa pun yang belum percaya untuk menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Begitu banyak jiwa yang datang kepada Kristus melalui pelayanan ini. Suatu saat, seorang pria yang tampaknya anggota kelompok ekstremis Muslim datang menghadiri ibadah tersebut. Sepanjang ibadah, ia terus menyerukan kalimat-kalimat bernada fanatisme Islam yang menyebabkan jemaat merasa terganggu sepanjang berjalannya kebaktian. Para pelayan dan hamba Tuhan di tempat itu mulai mengawasi gerak-gerik pria tersebut. Pada akhir kebaktian, pria itu menerima Kristus sebagai Penyelamatnya! Pria yang tadinya terlihat seperti ancaman bagi gereja, sekarang justru menjadi saudara seiman dalam Kristus."
Banyak di antara gereja-gereja yang bertahan tidak memiliki banyak persediaan makanan, tetapi mereka memberi dengan ikhlas dari apa yang dimilikinya. Gereja-gereja dan denominasi-denominasi yang tadinya terpecah-pecah, kini bersatu dalam doa dan mulai menjangkau umat Kristen di Suriah. Salah satu cara efektif yang mereka lakukan tahun ini adalah dengan membagi-bagikan dua buah hadiah yang dapat mengubah hidup anak-anak Kristen: baju hangat dan Alkitab bergambar untuk anak.
"Gereja ingin menyemangati anak-anak di Suriah selama masa-masa sulit ini," jelas Katia. "Selama musim dingin, anak-anak membutuhkan baju-baju hangat yang dapat melindungi mereka dari udara dingin, itulah sebabnya gereja membagi-bagikan baju hangat kepada anak-anak yang datang ke gereja. Mereka juga diberikan Alkitab bergambar sebagai hadiah bagi mereka yang belum mengenal Kristus. Berdoalah supaya hadiah-hadiah yang diberikan dapat menjadi berkat bagi anak-anak yang menerimanya."
Kepada koresponden Open Doors, Katia juga mengatakan bahwa ia berharap saudara-saudara seiman di seluruh dunia mau berdoa untuk keamanan dan kekuatan bagi umat Kristen yang memilih untuk tetap bertahan di Suriah, kiranya Tuhan tidak hanya melindungi tetapi juga menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan umat-Nya berdasarkan kekuasaan-Nya yang tak terbatas.
Diambil dan disunting dari: | ||
Judul buletin | : | Frontline Faith, Mei -- Juni 2013 |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Penerbit | : | Yayasan Open Doors Indonesia, 2013 |
Halaman | : | 7 |
Komentar