Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

SUARA HATI

Selama hampir delapan belas tahun lamanya saya terlibat dalam pelayanan, saya selalu memperhatikan dua bagian, saya selalu memeriksa dua instrumen di "dashboard" kehidupan saya. Sampai baru-baru ini, saya pikir itu sudah cukup.

Pertama, saya benar-benar memperhatikan kerohanian saya, yaitu bagaimana keadaan saya secara rohani. Tanpa Tuhan, saya tidak dapat melakukan apa-apa. Itu saya tahu. Saya tidak mau semua usaha dalam kehidupan saya habis terbakar karena semua yang saya lakukan sekarang ini atas usaha sendiri atau karena pintar bertaktik. Saya harus selalu sadar bahwa saya harus melakukan segalanya dengan bantuan Roh Kudus.

S, seorang perempuan dari Iran, adalah pengikut Kristus yang berlatar belakang agama lain. Beberapa tahun lalu, ia mengalami perampokan dan penembakan yang menyebabkan lehernya berlubang. Vonis medis pun menetapkan ia tidak akan bertahan hidup. Tuhan memberikan anugerah pemulihan kepada S -- fisik maupun spiritual, bahkan di tengah ketidakmungkinan yang dilihat dari mata manusia. Anugerah-anugerah Tuhan justru datang melalui cara-cara yang mengherankan dan tidak terduga. Berikut ini, sekelumit kisahnya.

FB, seorang gadis Kristen yang diperkosa berkali-kali dengan brutalnya oleh majikannya karena menolak untuk memeluk "agama lain" dan menikah dengannya, sekarang sedang menjalani pelatihan di sekolah menjahit dekat Lahore yang disponsori oleh KDP. Penyerangan seksual yang dilakukan oleh banyak majikan "agama lain" terhadap gadis-gadis Kristen adalah umum di Pakistan. FB dan gadis Kristen lainnya mengatakan bahwa jika mereka dapat belajar keterampilan menjual sesuatu, mereka tidak dengan terpaksa bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah-rumah orang "agama lain". Dengan demikian, setidaknya mereka akan terhindar dari perlakuan tak bermoral.

R adalah seorang wanita Kristen Nigeria yang sungguh-sungguh mengasihi Yesus. Ia seorang janda dan harus mengasuh 18 orang anak asuh, sebelas di antaranya masih sangat kecil. Karena suaminya, M, berpindah agama sebelum ia meninggal dunia, R terpaksa berhadapan dengan hukum agama yang menuntutnya melepaskan sebelas anak asuh yang masih kecil untuk diasuh negara secara iman agama M. Namun sebelum meninggal dunia, suami R memintanya berjanji untuk tetap mengasuh anak-anak dalam iman Kristiani.

R adalah istri pertama M. Keduanya Kristen ketika mereka menikah dan usia pernikahan mereka lebih dari 10 tahun. Namun kurang lebih 20 tahun lalu, M berpindah agama. Ia menikah lagi untuk yang kedua dan ketiga kali. Dari ketiga orang istrinya itu, M memiliki 18 orang anak.

Sudah 2 tahun berlalu sejak S tinggal di rumah singgah yang disponsori oleh Open Doors. S pertama kali datang ke tempat ini pada tanggal 19 Agustus 2009, sekitar 4 bulan setelah orang tuanya dibunuh oleh kelompok gerilyawan. Kakek dan neneknya menyadari bahwa S membutuhkan sebuah tempat di mana ia dapat memperoleh pendidikan yang layak. Kakek dan neneknya mengatakan bahwa mereka kesulitan menopang kebutuhan S dan kedua adiknya.

Tina, seorang Ibu dari lima anak adalah satu dari kurang lebih 25.000 umat Kristen di salah satu provinsi di Indonesia, yang harus terus berjuang mempertahankan imannya. Mereka yang datang kepada Kristus dari latar belakang agama lain, harus berhadapan dengan tekanan baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitar.

Tahun 2007 lalu, bersama suami dan tiga anaknya, Tina membuka hati bagi Kristus dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Tak lama suaminya meninggal dunia. Datang dari latar belakang keluarga yang sangat sederhana, Tina terpaksa harus mengungsi dan tinggal bersama putrinya yang telah menikah dengan seorang pria dari latar belakang agama lain. Karena perbedaan dan tekanan, akhirnya Tina harus pindah. "Putri-putri saya yang pertama dan kedua tidak menyukai kami karena iman kami berbeda. Mereka mengusir saya dan kedua anak saya yang lain yang masih kecil-kecil."

Pada bulan Juli 1998, saya menikah dengan E dan 11 Agustus 1998 pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Belanda. Tidak lama saya pun hamil dan pada tanggal 21 Juni 1999, lahirlah putri kami M. Sejak awal pernikahan, saya berkomitmen, dalam 5 tahun pertama anak kami, tidak akan bekerja dan akan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya -- menjaga, mendidik, dan memelihara anak kami.

Pujian adalah bagian dari kehidupan orang Kristen, bagian dari doa, dan menjadi bagian dari setiap peribadatan kita. Salah satu nyanyian yang indah terdapat di dalam Mazmur.

"Kupuji Engkau ya Tuhan! Karena Anak yang Kau kasihi.
Yesus yang telah mati! Mulia bagi-Mu, Haleluya! Amin.
Haleluya! Mulia bagi-Mu, hidupkan kami lagi.

Nama saya M. Ayah saya adalah seorang yang taat akan agamanya. Saya menikah pada usia 13 tahun. Anak pertama saya meninggal pada usia 2 tahun. Saat itu suami saya berkata, "Ini terjadi karena kau bukan orang baik!" Saya telah berdoa, berpuasa, dan membaca kitab suci agama saya. Semakin saya membaca, semakin saya mengerti, maka semakin saya tidak dapat menerimanya. Saya menyadari bukan hidup seperti ini yang saya ingini.

Rencana Tuhan berbeda dengan rencana manusia. Inilah yang saya alami. Saya dan suami memutuskan untuk memiliki dua anak saja. Tetapi pada tahun 1998, saya melahirkan anak ketiga. Melalui kehamilan anak yang ketiga ini, ternyata Tuhan menunjukkan kuasa-Nya yang ajaib. Selama ini, keadaan tubuh saya tidak ada yang mencurigakan. Setiap kali melakukan "pap smear" [metode screening ginekologi untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papillomavirus atau HPV, Red.] hasilnya selalu baik.

Dua sahabat, lama tak jumpa, suatu hari bertemu. Yang satu menjadi ibu rumah tangga, satunya lagi wanita karier. Setelah bernostalgia sejenak, mereka menanyakan pekerjaan masing-masing.

"Enak ya kerja di kantor, bisa cari uang sendiri, tak tergantung suami," kata ibu rumah tangga dengan nada agak iri.

"Justru kamu lebih enak. Tak perlu bekerja, semua dicukupi suami, bisa menikmati enaknya tinggal di rumah," sanggah wanita karier.

"Tapi, di kantor kan pergaulanmu lebih luas. Lagi pula ada acara makan siang bersama rekan dan atasan," bantah ibu rumah tangga.

"Di rumah kamu bisa menikmati saat-saat indah bersama anak-anak, bukan?" gerutu wanita karier. "Yah, sebaliknya di kantor kamu lebih terpandang: ikut rapat, pelatihan, dan diskusi dengan para eksekutif," sela ibu rumah tangga.

Kami tinggal di daerah pertanian di Pegunungan Virginia, dan ibu saya sudah bertahun-tahun tinggal bersama kami. Tetapi suatu pagi waktu ibu bangun, ia lupa segalanya. Bertahun-tahun sesudah itu keadaannya semakin memburuk. Kemampuannya untuk berkomunikasi dengan orang lain sudah sirna. Saya tidak berdaya menghadapi keadaannya, sepertinya ia tidak lagi menjadi bagian dari kami. Bagi saya, rasanya ia juga tidak lagi menjadi milik Allah.

Dinodai, diculik, dijual dalam sebuah perkawinan, bahkan diancam untuk dibunuh. Semua itu adalah sebuah mimpi buruk yang mengerikan bagi seorang perempuan. SB, seorang Kristen di Pakistan yang berusia 40 tahun, harus mengalami penderitaan tersebut sebagai konsekuensi atas iman percayanya kepada Kristus.

Ia berjalan takut-takut menaiki tangga depan, seorang anak yang sangat kecil dan kotor, pakaiannya compang-camping, tidak bersepatu, dengan sebuah kotak sepatu kotor yang terikat pada tali kulit tergantung di bahunya. Ia terlihat sangat kecil -- hanya sedikit lebih besar dari anak saya yang berusia 5 tahun. Ia berusaha menggapai bel pintu. Saya memerhatikan saat pembantu saya yang berkewarganegaraan Honduras dan bertubuh besar membukakan pintu.

"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." (2 Timotius 4:7)

Tanggal 26 Juli 2010, pukul 10.30 malam, Ibu Ratna Bangun meninggal dunia karena sakit lupus yang dideritanya. Ibu Ratna meninggal di rumah sakit. Suaminya, Bapak Sembiring dan kedua putra mereka, Joshua (11) dan Nathan (6) melepas jenazah Ibu Ratna untuk dimakamkan pada tanggal 28 Juli 2010 di Haurgeulis, kota asal mereka.

Pages